Unggulan

The Vegetarian


Kalau lagi nyari buku asing, biasanya tolok ukur saya simpel: lihat dulu apakah penulisnya pernah menang penghargaan bergengsi. Selain karena saya ingin belajar cara menulis novel yang berkualitas, saya juga belum menemukan penulis favorit dari luar yang bisa bikin jatuh cinta seperti beberapa novelis Indonesia.

Nah, ketika tahu bahwa The Vegetarian karya Han Kang memenangkan Nobel Prize 2024, saya langsung penasaran. Seperti apa sih ceritanya sampai bisa menang penghargaan sebesar itu?

Tentang bukunya

Secara garis besar, The Vegetarian bercerita tentang Yeong-hye, seorang ibu rumah tangga sekaligus seniman paruh waktu yang tiba-tiba memutuskan berhenti makan daging setelah mengalami serangkaian mimpi buruk. Keputusan ini ternyata nggak sesederhana yang dibayangkan. Perlahan, hidup Yeong-hye berubah drastis:  hubungan keluarga berantakan dan kesehatan mental terguncang.

Novel ini dibagi menjadi tiga bagian, masing-masing diceritakan dari sudut pandang orang terdekat Yeong-hye:

Bagian pertama dilihat dari kacamata suaminya. Di sini kita dikenalkan pada kehidupan Yeong-hye sebelum dan sesudah jadi vegetarian. Suaminya merasa malu dengan perubahan drastis istrinya, terutama ketika Yeong-hye berperilaku “aneh” di depan teman-teman kerjanya. Konflik mulai memuncak saat keluarga besar ikut campur dan mulai memaksakan “normalitas” versi mereka.

Bagian kedua diceritakan dari sudut pandang kakak ipar laki-lakinya. Ini bagian yang paling kontroversial sekaligus membingungkan buat saya. Kakak iparnya ini punya ketertarikan seksual aneh terhadap Yeong-hye. Banyak adegan sensual yang eksplisit di sini, jadi saya agak malu kalau baca ini di KRL. 😅

Bagian terakhir diceritakan dari sudut pandang In-hye, kakak kandung Yeong-hye, yang berusaha merawat adiknya setelah dimasukkan ke rumah sakit jiwa. In-hye melihat apa yang terjadi pada adiknya sebagai gejala gangguan mental yang serius, bukan sekadar perubahan pola makan. 

Pendapat saya

Secara keseluruhan, saya menikmati novel ini. Plotnya padat, nggak bertele-tele, dan terus bikin penasaran. Sebagai pembaca yang tertarik pada tema psikologi, novel ini cukup memuaskan. 

Cuman di bagian pertama agak ngilu aja sih bacanya, karena sering ngomongin daging, darah, atau badannya Yeong-hye yang mulai kurus.

Saya mulai kehilangan ketertarikan sama buku ini di bagian kedua. Bukan karena tulisannya buruk, tapi karena terlalu banyak adegan seksual dan narasi dari kakak ipar yang jujur saja terasa mengganggu. Selain itu, perpindahan sudut pandangnya cukup membingungkan dan bikin saya kehilangan koneksi dengan cerita.

Menurut saya, bagian ini terlalu panjang dan mendominasi alur. Mungkin saya akan lebih menikmati jika bagian ini diperkecil porsinya agar fokus kembali ke Yeong-hye.

Yang saya hargai dari Han Kang adalah dia tidak menjadikan vegetarianisme sebagai tema utama yang harus “dijual.” Novel ini justru menunjukkan bahwa pilihan pribadi, sekecil apapun, bisa menjadi katalis bagi konflik besar, terutama ketika pilihan itu tidak sesuai dengan norma sosial. Kadang keputusan yang kita kira baik untuk diri sendiri, ternyata bisa dianggap aneh atau bahkan menyakitkan oleh orang lain.

Kalau kamu tertarik pada cerita dengan lapisan psikologis yang kuat dan tema-tema eksistensial, novel ini bisa jadi bacaan yang menggugah. Asal siap dengan ketidaknyamanan yang ditawarkannya ya!

Komentar

Postingan Populer