Langsung ke konten utama

Unggulan

Menggali Ajaran Kebijaksanaan dalam Chadō

Siapa di sini yang suka minum teh? Di Indonesia, teh seringkali dinikmati saat menjamu tamu atau sebagai penghilang dahaga sehabis makan. Di warung nasi, pengunjung biasanya menikmati teh kental, pahit, tanpa pemanis, dan dicampur dengan bahan tertentu seperti melati atau vanila. Dok. Pribadi Di Jepang, teh mendapatkan perhatian yang khusus. Untuk meminumnya saja ada serangkaian upacara yang mengiringinya, atau biasa disebut chadō . Rangkaian upacara ini bersifat rigid, artinya sejumlah aturan yang harus dipenuhi. Misal, tamu harus memakai baju kimono, di dalam ruangan harus ada hiasan dinding (kaligrafi tulisan kanji) dan bunga, teh harus disajikan tanpa terburu-buru, dan lainnya. Segala 'keribetan' itu bukan tidak ada maksud, malah ada makna yang relevan dengan zaman modern. Itulah yang dibahas di buku Menggali Ajaran Kebijaksanaan dalam Chadō dari Syaraf Maulini. Misalnya, pakaian kimono yang membatasi ruang gerak pemakainya, mengartikan bahwa kita hidup dalam bermasyarakat

Anak Gembala yang Tertidur Panjang di Akhir Zaman

Saya sudah cukup sial menghadapi tahun 2020. Ada pandemi dan banyak berita kehilangan. Buku fiksi menjadi penyelamat saya menghadapi masa-masa sulit ini karena saya bisa melarikan diri sementara. Banyak buku-buku bagus yang telah saya baca, termasuk yang akan saya ulas kali ini yaitu "Anak Gembala yang Tertidur Panjang di Akhir Zaman" karya A. Mustafa.

Shira Media, 2019.


Sinopsis buku

Buku setebal 354 halaman ini diangkat dari kisah nyata tentang Rara Wilis dan Suko Djatmiko. Rara Wilis adalah PSK waria yang menjadi incaran para pelanggan karena kecantikannya. Ia juga seorang Ratu Waria Semarang, memiliki banyak "kucing" alias anak buah, dan ketua PAWATRI (organisasi LGBT dan waria pertama di Semarang). Bisa terbayang kalau Rara Wilis ini bukan sosok yang biasa.

Di buku ini, dikisahkan kehidupan masa kecil Rara Wilis yang sejak pertama awal kehidupannya sudah terlihat feminin dan menyukai lelaki. Sepanjang hidupnya, ia banyak dikecewakan oleh cinta, sehingga memutuskan menjadi PSK saja. Perjalanan menjadi PSK tidak mudah, ia harus berhadapan dengan preman, satpol PP, dan dinas sosial. Ia juga sering menerima kekerasan. Di tengah perjalanan hidupnya, ia bertemu dengan sosok Harris, pria yang kadang lembut tapi lebih banyak kasarnya. Harris berhasil membuat Rara Wilis jatuh cinta, sekaligus mengarahkan ia kepada titik baliknya.

Sedangkan Suko Djatmiko adalah seorang penjual jamu paruh baya yang merupakan pengikut Islam Ahmadiyah. Kepercayaannya ini membuat Suko melewati jalan hidup yang terjal, seperti dianggap sesat oleh masyarakat dan hingga diusir oleh keluarga. Tokoh Suko ini juga banyak menjelaskan tentang sosok Mirza Ghulan Ahmad, pendiri Ahmadiyah, yang dianggap sebagai nabi penerus dari Nabi Muhammad SAW dan menjelaskan bahwa ini bukanlah agama yang sesat.

Lalu, di puncak cerita, ada sebuah kejutan yang enggak bisa saya ceritakan karena inilah kunci ceritanya. Kalau saya tulis, bakal jadi spoiler berat. Mending baca sendiri supaya greget ya!

Pendapat saya mengenai buku ini..

Sejak awal, ketika A. Mustafa menceritakan tentang Rara Wilis dan Suko Djatmiko, saya merasa sedang membaca dua cerita yang paralel yang bertolakbelakang namun saling berkelindan. Yang satu membahas teologi, yang satu membahas seks. Saya menduga bahwa kedua sosok yang tidak saling kenal ini pasti akan bertemu di akhir cerita. 

Belum lagi, di antara kisah kedua tokoh, A. Mustafa menulis tentang epos Mahabarata dan hikayat Babi Lumpur yang merupakan fantasi. Kisah fantasi tersebut bukan tanpa arti. Cerita Mahabarata nyambung dengan kepercayaan tokoh Suko yang melihat epos tersebut merupakan cerminan dari agama Islam. Misalnya, bagi Suko, Pandawa Lima merupakan cerminan dari Rukun Islam. Sedangkan Babi Lumpur adalah metafora keduanya.

Alur yang dipakai oleh penulis adalah maju mundur. Ceritanya juga loncat-locat, dari Rara Wilis, lalu Suko, lalu Babi Lumpur. Namun penulis bisa merangkainya dengan baik sehingga tidak membingungkan dan mudah dibaca. 

Selain itu, dari kisah tokohnya sendiri sangat menarik sehingga buku tebal ini berhasil saya baca dalam waktu dua hari saja. Misalnya, penulis menceritakan bagaimana bisnis PSK waria dan menggambarkan emosi Rara Wilis yang sering meratapi nasib dan teringat akan Tuhannya membuat saya simpati dengan tokoh ini. 

Gambaran A. Mustafa tentang Ahmadiyah juga berhasil membuat saya penasaran untuk tahu apa itu Ahmadiyah dan mengapa kepercayaan ini dianggap sesat. Saking bagusnya pemahaman penulis pada tema ini, saya jadi berpikir kayaknya kalau engga riset yang mendalam, mungkin penulis sendiri orang Ahmadiyah. :D

Seperti yang disebutkan di awal tulisan kalau buku ini diangkat dari kisah nyata, di bagian belakang buku, penulis bercerita bagaimana ia bertemu dengan Pak Suko yang menjadi inspirasi buku ini. Penulis mengaku bahwa ia tidak mau menggunakan plot berdasarkan kronologis karena ia memang tidak mau bikin buku autobiografi, makanya ia menggunakan alur yang loncat-loncar. Selain itu, ada modifikasi tokoh dan kejadian yang dibuat oleh penulis juga sudah disepakati oleh Pak Suko. 

Kekurangannya apa yah? Hm, mungkin sosok Rara Wilis yang terlalu lemah menghadapi sosok Harris yang suka memukulinya. Ia terlalu gampang luluh, sehingga di bagian itu kadang jadi membosankan dan jadi bikin berpikir "ah elah gini lagi". Selain itu, mungkin karena keterbatasan halaman, beberapa adegan lebih terasa telling ketimbang showing. Tapi kayaknya kalau dijelaskan bakalan terlalu lebar juga kali ya.

Ini adalah buku yang bagus dan wajib dibaca. Enggak heran kalau buku "Anak Gembala yang Tertidur Panjang di Akhir Zaman" jadi Pemenang II Sayembara Dewan Kesenian Jakarta 2018. Temanya juga berani karena membahas waria dan Ahmadiyah yang dianggap sesat di masyarakat.

Setelah selesai baca, saya baru mengerti kenapa ilustrasi sampul buku dan judulnya begitu. Hehe. Alasan itulah yang membuat buku ini sangat-sangat menarik.

Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer