Langsung ke konten utama

Unggulan

Menggali Ajaran Kebijaksanaan dalam Chadō

Siapa di sini yang suka minum teh? Di Indonesia, teh seringkali dinikmati saat menjamu tamu atau sebagai penghilang dahaga sehabis makan. Di warung nasi, pengunjung biasanya menikmati teh kental, pahit, tanpa pemanis, dan dicampur dengan bahan tertentu seperti melati atau vanila. Dok. Pribadi Di Jepang, teh mendapatkan perhatian yang khusus. Untuk meminumnya saja ada serangkaian upacara yang mengiringinya, atau biasa disebut chadō . Rangkaian upacara ini bersifat rigid, artinya sejumlah aturan yang harus dipenuhi. Misal, tamu harus memakai baju kimono, di dalam ruangan harus ada hiasan dinding (kaligrafi tulisan kanji) dan bunga, teh harus disajikan tanpa terburu-buru, dan lainnya. Segala 'keribetan' itu bukan tidak ada maksud, malah ada makna yang relevan dengan zaman modern. Itulah yang dibahas di buku Menggali Ajaran Kebijaksanaan dalam Chadō dari Syaraf Maulini. Misalnya, pakaian kimono yang membatasi ruang gerak pemakainya, mengartikan bahwa kita hidup dalam bermasyarakat

Semua Orang Pandai Mencuri



Kalau mau baca tulisan yang ringan, bisa baca buku Kumpulan Cerpen Esquire ini. Isinya tentang cinta dengan segala permasalahannya: cinta tak sampai, cinta beda gender, cinta yang dikhianati, cinta yang dibumbui hal mistis, dan cinta yang magis.

Mungkin terkesan bias, tapi cerita yang paling saya suka dari kumpulan cerpen ini adalah karya Eka Kurniawan. Tulisannya paling mudah dipahami dan down-to-earth (karena tokohnya bukan si cantik nan kaya yang suka minum wine di resto ternama). Ya, mungkin selera ya, tetapi saya suka dengan cerita yang down-to-earth karena lebih relate gitu.

Cerpennya Eka bercerita tentang dua orang yang bersahabat. Konflik terjadi ketika salah satu tokoh jatuh cinta dengan seorang pria dan rela mengorbankan apa saja untuk pria tersebut. Sayangnya, pria itu tidak setia seperti yang dikira. Akibatnya, tokoh tersebut jadi agak gila. Karena sahabatnya sayang sekali dengan tokoh itu, ia jadi rela melakukan hal yang tidak masuk diakal agar sahabatnya kembali seperti sedia kala.

Ada penulis lain yang menceritakan tokoh yang "klise", seperti menceritakan tokoh dengan kaki langsing, mulus, badan sintal, rambut panjang hitam tergerai. Ada juga yang bercerita dengan alur yang klise, seperti sepasang pria dan wanita yang sedang selingkuh lalu ditelepon oleh pasangannya masing-masing. Ah, males.

Hal yang tidak saya sukai adalah sampul bukunya yang norak. Maaf! Tapi saya malu nih kalau mau kasih lihat ke teman, enggak artsy gitu. Sangat seksuil pula. Apa karena majalah pria, jadi ditujukan untuk memanjakan visual pria? Kayaknya bisa deh dibikin lebih bagus dengan ilustrasi lukisan atau apalah.

Hal pertama yang membuat saya tertarik memang bukan karena sampulnya, tetapi karena ada nama-nama penulis ternama yang saya kenal, seperti Eka Kurniawan, Anton Kurnia, Djenar Maesa Ayu, dan Seno Gumira Ajidarma.

Sepertinya kumpulan cerpen ini sudah tidak dijual di pasaran. Meski saya beli baru dan dalam keadaan disegel, kertas buku cerpen ini sudah menguning. Jadi, kalau menemukan buku ini entah di mana, bisa lah dibaca untuk hiburan.

Komentar

Postingan Populer