Langsung ke konten utama

Unggulan

Menggali Ajaran Kebijaksanaan dalam Chadō

Siapa di sini yang suka minum teh? Di Indonesia, teh seringkali dinikmati saat menjamu tamu atau sebagai penghilang dahaga sehabis makan. Di warung nasi, pengunjung biasanya menikmati teh kental, pahit, tanpa pemanis, dan dicampur dengan bahan tertentu seperti melati atau vanila. Dok. Pribadi Di Jepang, teh mendapatkan perhatian yang khusus. Untuk meminumnya saja ada serangkaian upacara yang mengiringinya, atau biasa disebut chadō . Rangkaian upacara ini bersifat rigid, artinya sejumlah aturan yang harus dipenuhi. Misal, tamu harus memakai baju kimono, di dalam ruangan harus ada hiasan dinding (kaligrafi tulisan kanji) dan bunga, teh harus disajikan tanpa terburu-buru, dan lainnya. Segala 'keribetan' itu bukan tidak ada maksud, malah ada makna yang relevan dengan zaman modern. Itulah yang dibahas di buku Menggali Ajaran Kebijaksanaan dalam Chadō dari Syaraf Maulini. Misalnya, pakaian kimono yang membatasi ruang gerak pemakainya, mengartikan bahwa kita hidup dalam bermasyarakat

Kumpulan Budak Setan


Kecintaan saya terhadap karya Eka Kurniawan membuat saya membeli buku ini. Awalnya rada aneh juga, kok sampul bukunya norak dan serem gitu sih? Ternyata Kumpulan Budak Setan (2010) memang kumpulan cerita horor. Horor di sini enggak melulu hantu, tetapi situasi yang menyeramkan, ganjil, atau sifat manusia yang seperti setan.

Tidak hanya Eka, ada Intan Paramaditha dan Ugoran Prasad yang menulis di sini. Mereka semua terinspirasi oleh Abdullah Harahap, seorang penulis buku horor dan seks picisan, yang tenar di tahun 70-80an. Abdullah adalah penulis yang produktif. Meski demikian, ia tidak pernah dianggap masuk ke dalam lingkup sastra Indonesia.

Buku ini dibuka oleh kumpulan cerpen Eka. Dari semua karyanya, cerpen Eka yang paling saya ingat adalah "Penjaga Malam". Cerpen ini bercerita tentang tiga orang pria yang sedang ronda di desa. Mereka merasa suasana malam itu sangat aneh, gelap, dan hening. Saat mereka berkeliling, mereka tidak kembali.

Cerpen-cerpen berikutnya adalah karya Intan. Saya suka keempat cerpen buatannya. Namun yang paling saya ingat adalah "Goyang Penasaran". Ini berkisah tentang penyanyi dangdut yang pergi dari desanya, lalu kembali lagi untuk melampiaskan dendam.

Buku ditutup oleh karya-karya Ugoran. Karya "Penjaga Bioskop" adalah yang menarik perhatian. Cerpen ini bercerita tentang seorang pria yang menunggu seorang wanita yang pernah datang ke bioskop tersebut puluhan tahun yang lalu. Namun siapa sangka ternyata wanita itu selalu ada di dalam bioskop.

Jatuh cinta pada Intan Paramaditha
Seperti yang udah disebut di atas, saya paling suka karya Intan. Ia paling berhasil membuat cerita secara utuh--berbeda dengan karya Eka yang terasa sudah selesai padahal masih bisa diteruskan, tokohnya kuat, mampu membangkitkan suasana ngeri, jijik, bahkan gore

Oke, ini spoiler ya. Di cerpen "Goyang Penasaran", Intan bercerita tentang Salimah yang merupakan seorang penari dangdut bahenol yang digilai oleh pria-pria. Fansnya banyak, termasuk cowok bernama Solihin. Yang murka juga banyak, termasuk ustaz bernama Haji Ahmad. 

Suatu hari, saat Salimah sedang manggung, tiba-tiba ada penggemar yang ikut joget di atas panggung dan dia ngaceng. Karena hal itu, Haji Ahmad dan warga murka serta melarang Salimah untuk manggung. Salimah kecewa karena Haji Ahmad, yang dulu pernah mengajari Salimah ngaji saat remaja, pernah menatapnya dengan penuh arti.

Sepertinya tatapan Haji Ahmad menggetarkan hati Salimah. Sebelum terjadi sesuatu, seorang muadzin datang ke masjid dan membubarkan momen saling menatap itu. Keesokannya, Haji Ahmad bertindak seolah tidak ada apa-apa. Salimah keburu kecewa dan menyesali kenapa si muadzin harus datang.

Salimah memutuskan untuk pergi tanpa kabar dari desa. Dua tahun kemudian, dia datang sambil memakai jilbab dan berwajah kuyu. Ia terlihat hancur ketimbang tobat. Solihin, yang saat itu sudah menjadi Kepala Desa, mendatangi Salimah dan meminta untuk menikah siri dengannya. Salimah menolak. Solihin malah minta Salimah menari telanjang dan akan memberi apa saja yang diminta oleh Salimah.

Salimah merasa dilecehkan, namun akhirnya ia mengizinkan dengan satu syarat: bawa kepala Haji Ahmad. Solihin, yang sedang mabuk janda, mengabulkan permintaan tersebut.

Nah, di momen inilah Intan menceritakan Salimah berjoget sambil memegang kepala Haji Ahmad. Menatap mata ustaz tersebut yang terbelalak, lalu Salimah membelai kelopak matanya. Solihin bersimpuh melihat nafsu dan kesedihan yang ada di depannya.

Akhirnya mereka digerebrek warga dan dipukuli. Warga mengambil hikmah dari cerita tragis tersebut bahwa manusia harus meneladani semangat jihad Haji Ahmad dan menghindari sumber dosa. Harta, takhta, dan wanita terbukti telah menjadikan Solihin abdi setan.

Kuat dengan isu feminis
Kalau kata saya, Intan, yang merupakan seorang feminis, lulusan S3 di New York University, dan dosen di Macquarie University Sydney ini menceritakan tentang sosok perempuan yang tidak bisa "memidana" orang lain yang telah menyakitnya dengan cara yang benar, kemudian ia melakukan hukuman dengan caranya sendiri. Bagi Salimah, caranya adalah memotong kepala Haji Ahmad.

Salimah juga lebih sering dilihat sebagai objek seksual ketimbang sebagai subjek. Misalnya saat Salimah sudah tidak manggung, ia sering dilecehkan laki-laki di desanya. Selain itu, saat Salimah baru pulang ke desanya lagi dalam keadaan suram, Solihin malah tetap mengajak kawin dan meminta dia nari telanjang, bukannya peduli dengan mempertanyakan apa yang terjadi pada Salimah.

Begitu juga adegan di masjid dengan Haji Ahmad. Pria yang terlihat suci dan lebih dewasa itu malah mengajak bertatap-tatapan dengan Salimah. Ketika si perempuan berharap, Haji Ahmad malah bertindak seolah tidak ada apa-apa. 

Di cerpen-cerpen lainnya, Intan juga banyak terinspirasi dari cerita yang sudah ada. Misalnya cerpen "Apel dan Pisau" yang terinspirasi dari kisah Nabi Yusuf atau "Si Manis dan Lelaki Ketujuh" yang terinspirasi dari seven dwarfs. Btw, cerpen "Si Manis dan Lelaki Ketujuh" juga keren banget!

Saya suka dengan ide-ide cerita yang dibuat oleh Intan. Setelah membaca karyanya di Kumpulan Budak Setan, saya penasaran membaca karya lainnya yaitu Sihir Perempuan yang pernah masuk nominasi Kusala Sastra Khatulistiwa dan Gentayangan. Meski Intan sendiri bilang kalau cerita di Kumpulan Budak Setan itu lebih advance daripada Sihir Perempuan karena wawasan dia lebih terbuka dan cerita lebih kompleks.

Intan juga tengah menyelesaikan buku selanjutnya bersama penerbit Gramedia Pustaka Utama. Wah, saya sudah enggak sabar nih menunggu karyanya.

Komentar

Postingan Populer